Sabtu, 19 November 2011

CINTA berujung suatu paham?

menurut Wikipedia Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
keren sekali ketika kita membiarkan kata cinta itu mengarungi isi kepala kita, karena keindahan tiba-tiba saja bisa memancar, namun siapa duga kata 'cinta' menurut pemikiran orang-orang melayu yang mengkonotasikannya menjadi LOVE itu tidak selalu menimbulkan sistem seperti yang selalu kita bayangkan.
kali ini saya memilih memandang cinta melalui sistem bergeraknya, dengan analisa random sesuai apa yang ada disekeliling saya. saya terlalu sering melihat seseorang sibuk berduaan dengan pasangannya, atau melihat seseorang yang sibuk menyembunyikan dirinya dengan menurunkan volume suara ketika berusaha bicara serius dengan 'sangke' melalui telepon, namun lebih sering lagi saya mendengar orang yang terlalu mengidam-idamkan lawan jenisnya yang notabene sudah mempunyai pasangan (patah hati tak sengaja).
dulu saya sering mendengar cerita orang tua ketika mereka disuruh untuk mencari pasangan, maka orang tua mereka (kakek dan nenek) menghimbau untuk mencari seorang wanita yang memiliki telapak tangan kasar, atau lelaki yang bertubuh kekar dan agak kehitaman, artinya orang tua zaman dulu itu hanya mau menikahkan anaknya dengan pilihan yang benar-benar bertanggung jawab. namun seiring perubahan zaman, juga terjadi pergeseran moral  yang besar akibat dari globalisasi.
dikenal paham yang bernama modernisme, secara garis besar sangat mempercayai penuh kepada keunggulan sains, teknologi, dan pola hidup sekuler, namun semakin mewabahnya kehidupan dalam era industrialisasi, modernisme jadi tidak cukup kuat menopang dan memenuhi janji-janjinya. akhirnya muncullah antitesis dari modernisme yaitu postmodernisme yang disinyalir lebih relevan dengan dengan kehidupan modern yang bnyak didambakan oleh 'manusia kepingin sejahtera' di dunia ini. dimana postmodernisme sebagai konsep berpikir, dikenal pula postmodernitas yang merujuk kepada situasi dan tata sosial yang menguapkan produk teknologi informasi, globalisasi, fragmentasi gaya hidup, konsumerisme yang berlebihan.
lantas apa hubungan dari semua kerangka pemikiran serta paham itu terhadap cinta? pola hidup masyarakat modern yang mengutamakan hidup mengikuti zaman sangat mempengaruhi kehidupan alami manusia juga dalam cinta. dalam menjalin suatu hubungan "percintaan" seseorang modern akan selalu memperhatikan pola hidup calon pilihannya, pemikiran-pemikiran modern yang telah terinjeksi kedalam mind-set muda-mudi seakan sangat hati-hati dalam memilih. coba kita lihat sekliling kita, sering sekali saya melihat wanita digandeng oleh lelaki metroseksual dan dengan balutan perfeksionis, inilah yang menjadi titik keberhasilan dunia modern. manusia yang hidup di zaman ini sangat sesat dalam pola hidup konsumerisme yang sangat  berlebihan, dengan modal kecantikan atau ketampanan dan atas nama kekerenan manusia selalu menjatuhkan pilihan kepada pasangan yang mampu 'bertanggung jawab', maksud saya bertanggung jawab atas kecanduaannya terhadap produk yang sekarang luas terhampar dimana-mana dan tidak murah apalagi gratis. timbullah kata materialistis yang sering didengungkan oleh kawula muda meskipun tidak tau apa artinya, tapi hanya karena sering gaul katanya akhirnya sering dengar.
saya tidak bergurau karena saya iri akibat sering kalah dalam ladang kompetisi percintaan, dan dihempas oleh para kompetitor 'bermerk', namun ini hanyalah sedikit rasa simpatik saya terhadap banyaknya manusia yang kurang merasakan kasih sayang dari seseorang yang mungkin mereka harapkan. karena "tidak semua kita seberuntung mereka"

Read More …